10 Januari 2012

Menjadi Guru : Digugu dan Ditiru


Guru muda yang baru saja lulus dari sebuah perguruan tinggi, tentu akan memiliki semangat yang lebih tinggi dibandingkan dengan Guru yang sudah lama mengajar. Semangat tersebut berupa pikiran-pikiran yang masih muda dan masih aktual. Lain lagi bagi seorang guru muda yang menjalani profesi guru hanya karena terbayangkan gaji atau honor yang akan diterimanya selama menjadi guru atau karena tidak ada lapangan kerja lain selain itu dan memilih guru sebagai alternatif. Biasanya, menjadi guru karena adanya lowongan atau kesempatan untuk masuk menjadi tenaga pendidik di sebuah sekolah.
Banyak alas an orang menjadi guru atau memilih profesi menjadi guru. Menjadi guru pun banyak pula macamnya. Guru untuk murid yang memang menginginkan guru itu menjadi gurunya, panggilan jiwa mengajar atau memberikan ilmu bagi orang yang tidak memiliki kemampuan untuk bersekolah, dan banyak lagi yang lainnya.
Saat ini, pemerintah telah menetapkan profesi guru menjadi sejajar dengan mereka yang bergerak di bidang kesehatan, militer, atau aparatur negara lainnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan merintis output pendidikan yang setara dengan kualitas luar negeri. Adanya anggaran dana BOS, proyek peningkatan mutu guru, sertifikasi, dan lain-lain yang merupakan proyek pendidikan, adalah usaha pemerintah dalam rangka menjadikan pendidikan sebagai titik awal dari sebuah peradaban bangsa yang baik.
Karena alasan inilah, menjadi guru saat ini seolah-olah hanya sekedar mencari kebutuhan perut semata. Pola pikir masyarakat Indonesia yang terbiasa mencari hanya kebutuhan perut, sangat disayangkan, adanya upaya pemerintah yang sebenarnya baik ini lalu direspon sebagai proyek peningkatan kebutuhan perut.
Terlepas dari itu, menjadi guru tetap mulia tujuannya. Guru, digugu dan ditiru. Harusnya seperti itu. Tetapi sekarang nampaknya, menjadi guru tidak harus ditiru. Yang penting mengajarkan materi sesuai dengan bidang studinya masing-masing, tetapi perilakunya merasa tidak penting untuk ditiru. Karena itu, banyak sekali guru yang mengabaikan sisi penting yang lain dalam kegiatan belajar mengajar. Yaitu, etika dan moral. Moral dan etika ini dicerminkan dari diri seorang guru, lalu guru menerapkannya untuk anak didiknya. Tujuan yang juga harus dicapai adalah perubahan sikap dan prilaku anak didik menjadi lebih bermoral, memiliki ketrampilan emosional yang baik, dan visioner. Anak didik bukan hanya diberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus ditatar dan didoktrin berkepribadian yang baik. Sehingga, bukan hanya ilmu pengetahuan di otak tetapi merasuk ke dalam hati dan menjadi geraknya dalam pergaulan sehari-hari.
Itulah menjadi guru. Menjadi guru tidak hanya cakap berbicara, tidak hanya cakap mengantarkan anak didik kepada pemahaman terdalam terhadap sebuah ilmu, tidak hanya memiliki perangkat mengajar yang lengkap, tidak hanya menggugurkan kewajiban karena honor yang diterimanya. Menjadi guru harus ada disini, di hati.
Maka, syarat menjadi guru saat ini: 1) memiliki pengetahuan yang luas terhadap materi yang diajarkannya, 2) peka terhadap perubahan, 3) mampu beradaptasi terhadap pembaharuan sistem, 4) mampu berkarya untuk anak didiknya, dan 4) sanggup menghidupi dan menghidupkan kelas menjadi semarak penuh nuansa belajar dengan cara apapun yang baik, bermoral, beretika, dan beradab.
Dulu, saya pun sama halnya guru lain yang masih baru. Masih tidak sadar, apalah artinya guru. Saya anggap guru hanya sebuah garis nasib yang harus saya jalani. Namun, melihat anak-anak, masa depan kita semua itu, masa depan bangsa kita itu, saya pun tahu. Guru itu tidak hanya berpikir untuk saat ini. Menjadi guru harus punya impian mendirikan sebuah institusi keilmuan. Tidak dalam bentuk bangunan, tetapi komunitas yang riang dan bergairah akan ilmu. Bergairah akan meneliti. Bergairah karena jiwanya haus pengetahuan dan penuh rasa ingin tahu. Semangat mengejar ketidaktahuan (kebodohan) menjadi tahu, mengerti, memahami, dan memilah-milahnya untuk diapresiasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi guru bukan berarti mengajak anak didik masuk ke dalam profesi guru. Menjadi guru adalah usaha menggairahkan gejolak dalam diri seseorang untuk mengejar apa yang tidak diketahui menjadi tahu, menggairahkan mereka untuk berbangga menjadi orang bodoh yang ingin tahu dan selalu penuh tanya.