22 Februari 2012

Tentang Musik (Pendahuluan)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

MUSIK (suara yang teratur)
Suara musik adalah suara yang dihasilkan dari keteraturan getaran dalam udara, dan diterima ketika si pendengar menyukainya. Banyak budaya memiliki dongeng-dongeng yang bercerita bahwa pada zaman dahulu kala ada suatu bunyi atau getaran yang menciptakan segala sesuatu dari kehampaan. Para cendekiawan Hindu kuno berkeyakinan bahwa alam semesta pada mulanya muncul berupa bunyi; selanjutnya bunyi menjadi cahaya, dan cahaya menjadi zat. Dari kawasan Timur Tengah berkeyakinan bahwa awal semua ini adalah Sabda, bunyi yang berasal dari atau perwujudan Allah. Musik merupakan unsur mendasar, yang mencerminkan hukum-hukum pengatur alam semesta. Musik dapat mengubah nasib seluruh peradaban.
Secara fisiologis, dalam perkembangan otak dan pikiran di dalam rahim, sistem pendengaran terbentuk pada tahap sangat dini (usia kehamilan 5 bulan). Penelitian telah menunjukkan bahwa otak bayi baru lahir bahkan janin telah dikaruniai kemampuan penuh untuk mengenali elemen-elemen musik seperti kunci nada (key), titinada (pitch), dan tempo. Sistem-sistem yang digunakan oleh otak untuk memproses musik entah identik atau pada dasarnya saling terkait dengan sistem-sistem yang digunakan dalam persepsi, daya ingat, dan bahasa. Seorang psikolog, Dr. Jamshed Bharucha mengajukan teori bahwa pola musik pada dasarnya mencerminkan struktur pengorganisasi pada otak manusia yang terus berkembang. Dengan begitu ia menyimpulkan bahwa mengapa musik sangat menyenangkan.
Bukan hanya sekedar menyenangkan. Musik memberikan lebih daripada hal itu. Melalui penelitiannya, Don Campbell mengatakan bahwa sesungguhnya musik merupakan salah satu kecerdasan bawaan utama manusia, dan merupakan sebuah dasar sangat penting yang memungkinkan lahirnya orang-orang berkecerdasan lebih tinggi. Rudolf Steiner sendiri mengakui bahwa musik sebagai landasan kecerdasan otak, kreativitas, kemampuan matematika, dan perkembangan rohani, selain sebagai bentuk seni yang paling agung. Sementara itu, Jean Piaget (ahli perkembangan dan pendidikan anak) mengakui musik sebagai suatu kecerdasan bawaan
yang siap untuk terungkap pada saat seorang anak berusia 3 hingga 4 tahun.
Fisikawan David Bohm (murid Einstein), mengatakan, bahwa zat adalah cahaya yang beku, sedangkan musik adalah keterurutan dengan keterkaitan sangat tinggi. Keterurutan ketika energi kuantum secara hampir tak terasa mengawali semua pengalaman kita. Einstein sendiri memiliki kisah cinta yang panjang dengan biolanya. Seorang ilmuwan syaraf penerima Nobel, David Hubel, sewaktu ditanyai tentang minat lain selain bidang kesyarafan mengatakan bahwa banyak ia menghabiskan hidupnya untuk bermain piano. Plato mengatakan bahwa andaiakata ia dapat mengetahui musik yang didengarkan dan dimainkan oleh kaum muda, maka ia dapat memprediksi masyarakat apa yang akan dibentuk oleh mereka. Plato juga berkeyakinan bahwa selain musik, kurikulum pendidikan dasar bagi anak-anak harus memasukkan sastra yang baik dan gymnastik (Bukan hanya dalam pengertian olahraga, tapi juga semisal ritual agama, adab agama dan
budaya). Pendidikan sastra memiliki kekuatan besar dalam pembentukan karakter, maka hanya kisah-kisah penguat fuad-lah yang harus dibacakan/ diberikan kepada anak-anak. Sementara gymnastik bertujuan
sebagai pengendalian diri terhadap kesenangan-kesenangan, juga merupakan pembentukan karakter dan fisik yang baik. Nada dan irama dalam musik sesuai dengan aktivitas psikologi manusia.
Pelatihan musik yang baik merupakan instrumental potensial, karena irama dan harmoninya akan merasuki sisi bathin terdalam dan pikiran terindah manusia, masuk ke dalam jiwa, dengan cepat dan begitu kuat.
Musik, bersama matematika merupakan refleksi dari pergerakan hukum alam semesta, dan terdapat harmoni yang berguna untuk menjaga rasa, pikiran, dan tingkah laku dalam pencapaian harmoni jiwa raga.
Pythagoras menemukan sistem matematika di dalam interval-interval titinada dalam musik melalui percobaan dengan tabung-tabung/ string. Tiap nada memiliki frekuensinya masing-masing. Mungkin setiap orang
juga memiliki frekuensi, karena tiap orang memiliki nada dasarnya masing-masing. Frekuensi juga bisa berhubungan dengan warna-warna yang ada di alam semesta.
Kebanyakan musik barat menggunakan 7 nada (skala diatonik) dalam musiknya, dengan menambah nada-nada kromatis (pake kress/ mol) jika dibutuhkan. Sementara Wagner dan Debussy sendiri (susah banget musiknya) sudah sedari dulu banyak menggunakan nada-nada kromatis dalam musiknya. Kebanyakan musik tradisional seperti China, Afrika, Asia (termasuk Indonesia) menggunakan 5 nada (skala pantatonik).
Nada-nadanya datar, terasa berulang-ulang. Seperti memberikan penekanan, penguatan, dan pengingatan. Yang pasti pengarahan/ pemfokusan pada Satu. Yang gak biasa, akan ngantuk atau bosan
mendengarkan musiknya.
Bersambung, insya Allah selanjutnya pembahasan tentang elemen-elemen musik (sistem dasar musik): rhythm, melodi, key, harmony, counterpoint, dan color (dinamika) yang tentu saja ikut andil dalam memberi perubahan pada kehidupan manusia. Karena itu mengapa tidak semua musik mampu memberikan pengaruh yang baik. Juga ingin sekali membahas karakter-karakter yang dimiliki oleh beberapa instrumen musik.. seperti piano, biola, alat musik dari bambu dll sehingga setiap orang bisa meraba alat musik yang pas baginya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ