01 Januari 2012

Pembentukan Bani Umayyah, Kemajuan, dan Kehancuran

Dalam sejarah Islam tercatat beberapa kerajaan yang cukup besar jasanya dalam menampung, menyempurnakan dan menyalurkan ilmu pengetahuan ke seluruh pelosok dunia, terutama ke Barat.
Kerajaan atau dinasti yang dimaksud ialah :
1.    Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus (661-750 M) dan Bani Umayyah berpusat di Cordova (929-1031 M).
2.    Bani Abbasiyah yang berpusat di Baghdad (909-1258 M).
3.    Dinasti Fathimiyah yang berpusat di Kairo (909-1174 M).
Dalam sejarah politik Islam, praktek pemerintahan empat khalifah Rasulullah SAW dikenal dengan era “Khulafa al-Rasyidin”. Era pemerintahan Rasulullah SAW dan Khulafa al-Rasyidin inilah sebagai cermin kejayaan Islam dan merupakan model ideal dari sistem ketatanegaraan Islam. Era Khulafa al-Rasyidin berakhir ditandai dengan naiknya Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai kepala pemerintahan dengan model kerajaan (monarchi).
Menurut Ibnu Khaldun, lembaga pemerintahan pasca Khulafa al-Rasyidin sudah tidak bersifat keagamaan karena sudah berubah sistemnya menjadi “muluk” (kerajaan) yang pembentukannya berdasarkan solidaritas kesukuan (ashabiyah).

Dinasti Umayyah meletakkan pondaasi bagi sistem politik baru yang belum dikenal oleh bangsa Arab. Mereka mengadopsi tata cara pengadilan Persia, Byzantium dan mereka memperbaharui pemerintahan serta pandangan hidup mereka pada kepemimpinan Bani Umayyah dengan Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai Khalifah pertamanya terdapat penyimpangan yang membahayakan Islam.
Pertama, melalui interpretasi yang lihai terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, posisi khalifah diagung-agungkan dengan menggunakan justifikasi teologis. Misalnya, dengan mendasarkan pada firman Allah yang menyatakan bahwa Allah mengutus Malaikat-Malaikat-Nya dan berkata : “Saya menjadikan di bumi seorang Khalifah,yaitu Adam”. Beberapa dari mereka mencoba menempatkan posisi khalifah di atas posisi Malaikat. Kedua, Muawiyah tanpa ragu-ragu telah melawan tradisi yang berlaku dan menunjuk anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai pengganti. Hal ini kemudian dilegitimasi dan dipaksakan dengan menggunakan kekuatan, bujukan dan penyuapan.  Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, tipu daya, dan diplomasi, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Dari uraian di atas, terlihat jelas betapa berambisinya Muawiyah memperoleh kekuasaan serta usaha untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan tersebut dan usaha untuk melanggengkannya. Pertanyaan yang muncul adalah “Kenapa Bani Umayyah dalam hal ini diwakili oleh Muawiyah bin Abi Sufyan sangat berambisi untuk memperoleh kekuasaan tersebut dan berusaha melanggengkannya?”
Pada makalan ini akan dipaparkan mengani Muawiyah bin Abi Sufyan ini, yang mana juga diketengahkan tentang pembentukan Bani Umayyah, kejayaan dan kehancurannya.
B.    Urgensi As-Sunnah dalam
1.    Nasab dan kehidupannya
Dia bernama Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Abi Manaf.  Muawiyah dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum hijrah dan masuk Islam pada hari penaklukan kota Mekkah (Fathu Makkah) bersama-sama penduduk Mekkah lainnya, waktu itu ia berusia 23 tahun.
Muawiyah melarikan dengan orang musyrikin dalam perang khandaq. Dia melarikan diri bersama-sama dengan orang-orang  Musyrikin setelah ada angin kencang. Muawiyah masuk Islam pada tahun 6 H/627 M, saat terjadi perjanjian Hudaibiyah. Dia menyembunyikan keislamannya dan dia tampakkan keislamannya itu pada tahun 8 H/629 M saat penaklukan Mekkah tatkala orang-orang quraiys beramai-ramai masuk Islam.
Muawiyah ikut bersama Rasulullah SAW pada perang Hunain dan Thaif. Pada saat itulah Rasulullah SAW memberikan harta rampasan perang dalam jumlah yang besar kepadanya karena dia dianggap sebagai seorang mu’allaf. Kemudian Islamnya menjadi kuat. Dia adalah seorang penulis wahyu Rasulullah SAW dan meriwayatkan sedikitnya 163 Hadits dari Rasulullah.
Kemudian Muawiyah ikut dalam perang Yarmuk membuka Syam di bawah pimpinan saudaranya Yazid bin Abi Sufyan. Dia juga berhasil menaklukkan Qaisariyah dan sebagian wilayah pesisir Syam.
Umar bin al-Khattab, khalifah keuda mengangkat Muawiyah sebagai gubernur untuk wilayah Syam. Ketika Utsman bin Affan menjadi khalifah, Muawiyah diijinkan untuk menaklukkan Siprus pada tahun 28 H/674 M, dan juga menaklukkan Romawi pada tahun 31 31 H/651 M.
Masa pemerintahan Ustman bin Affan adalah masa yang panjang, hal ini memungkinkan Muawiyah dapat mempersiapkan dirinya dan meletakkan dasar-dasar untuk mendirikan kerajaannya dan untuk menjadikan daerah Syam itu mutlak di bawah kekuasaannya sehingga ia merupakan satu-satunya penguasa daerah itu.
2.    Pemberontakan terhadap Khalifah
Setelah Khalifah Utsman bin Affan terbunuh dan Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi Khalifah, tibalah saatnya bagi Muawiyah memulai perangnya. Tatkala Ali bin Abi Thalib dibai’at menjadi sebagai Khalifah dia memecat semua gubernur. Namun, Muawiyah menolak pemecatan itu dan sekaligus tidak mau membai’at Ali sebagai Khalifah. Maka terjadilah pertempuran antara dia dengan Khalifah dan kemudian berakhir dengan terbunuhnya Ali di tangan seorang Khawarij.
Saat Ali meninggal, dia digantikan oleh anknya Hasan bin Ali melalui pembai’atan umum. Namun kemudian Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah sebagai upaya menghindari pertumpahan darah kaum muslimin dan untuk menyatupadukan mereka. Dengan demikian Muawiyah menjadi Khalifah yang legal sejak tahun 41 H/661 M yang dikenal dengan Aam Jamaah.
Sejak saat itu permasalahan menjadi  stabil, keamana  dalam negeri juga stabil, kaum muslimin kembali mampu melakukan ekspansi (perluasan dan penakukan) wilayah setelah sebelumnya sempat terhenti karena konflik internal.
3.    Penaklukan di masa pemerintahan Muawiyah
Muawiyah dan keturunannya bukan saja dikenal sebagai pahlawan dalam ekspansi Islam tetapi juga dikenal sebagai tokoh pembangunan dan pembaharuan baik dalam bidang politik, ekonomi, kemasyarakatan maupun ilmu pengetahuan. M.A Shaban, dalam bukunya Islamic History menyebutkan Muawiyah adalah manusia hilm. Kata ini rumit dan komprehensif serta tidak mudah diterjemahkan tetapi ia adalah cara yang terbaik kalau bukan satu-satunya cara untuk menggambarkan kemampuan utama Muawiyah sebagai pemimpin.
Penaklukan di masa pemerintahan Muawiyah demikian luas dan meliputi dua front utama sebagai berikut :
a.    Wilayah Barat
Yaitu wilayah Romawi (Turki) dan Pulau Jurba di Tunisia pada tahun 49 H/669 M, kepulauan Rhodesia pada tahun 53 H/
675 M, kepulauan Ijihdekan Konstantinopel pada thaun 57 H/677 M, dan sebagainya.
b.    Kawasan Timur
Di kawasan timur ini, pasukan Islam berhasil menaklukkan Sajistan dan sebagian wilayah Thakharistan pada tahun
45 H/665 M. Selain itu pada tahun 44 H/664 M kaum muslimin menyerang wilayah Sindh dan India.
4.    Pembai’atan Yazin bin Muawiyah
Muawiyah membai’at anaknya yang bernama Yazid (putra mahkota) pada saat dia masih hidup. Dengan demikian dia adalah pemimpin kaum muslimin pertama yang melakukan itu. Di antara orang yang paling tidak setuju dengan apa yang dilakukan Muawiyah adalah Husin bin Ali, Abdurrahman bin Abu Bakar, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Zubair.
Dengan demikian, Muawiyah menghadapi persoalan yang sangat pelik dan penentangan yang sangat keras akibat keputusannya itu sehingga akhirnya dia mampu menguasai dan menyelesaikannya. Tentu saja apa yang dilakukan Muawiyah ini tidak boleh dilakukan dari sudut syari’ah.
Sebab, khalifah ini terbuka untuk kaum muslimin dan tidak boleh dilakukan dengan cara mewariskan. Kekhalifahan ini boleh dipegang oleh siapa saja yang memiliki kemampuan dan kesempatan.
5.    Wafatnya Muawiyah
Muawiyah telah melalui sejarah hidupnya dengan jejak yang baik senantiasa berusaha menjadikan kaum muslimin dalam satu kata. Pemerintahan Muawiyah sangat panjang. Namun kekuasaannya diwarnai dengan situasi kondusif dan baik.
Masa pemerintahannya dianggap sebagai salah satu pemerintahan yang paling baik dalam perjalanan kekuasaan Islam. Keamanan internal terjamin dan komponen-komponen yang akan melakukan perlawanan terhadapnya selalu dapat digagalkan atau dikalahkan. Dia berhasil melakukan penaklukan-penaklukan atau ekspansi wilayah Islam ke semua medan serta diwarnai dengan kemenangan-kemenangan. Hal yang menjadi kritikan-kritikan para Sahabat Rasulullah SAW terhadap Muawiyah dan keturunannya dikarenakan Muawiyah mengambil bai’at untuk anaknya yang bernama Yazid. Perubahan yang paling monomental dari Muawiyah adalah dari sistem pemerintahan demokratis menjadi sistem monarchi. Dia meninggal dunia pada tahun 60 H/679 M (680) setelah memerintah selama 20 tahun. Dia adalah orang yang pertama membangun kantor-kantor pos di dalam Islam dan membuat stempel.
Silsilah keturunan Bani Umayyah dapat digambarkan sebagai berikut :
ABDI MANAF


    ABDI  SYAMS    HASYIM


    UMAIYAH    RABI’AH    ABDUL MUTHTHALIB


    ABUL ASH    HARB    SYIBAH    UTBAH    ABDULLAH    ABU  THALIB    AL-ABBAS


AL-AHKAM    AFFAN            MUHAMMAD    ALI


MARWAN    UTSMAN    ABU SUFYAN    HINDUN    AL-WALID    AL-ALAWIYUN    AL-ABBASIYUN

    MUAWIYAH

C.    Pembentukan Bani Umayyah
Bani Umayyah salah satu keluarga-keluarga suku Quraisy. Keturunan dari Umayyah bin Abdui Syams bin Abdi Manaf, seorang pemimpin suku Quraiys yang terpandang. Umayyah senantiasa bersaing dengan pamannya, Hasyim bin Abdi Manaf dalam perebutan kehormatan dan kepemimpinan masyarakat Quraisy. Umayyah dinilai memiliki cukup persyaratan untuk menjadi pemimpin dan dihormati masyarakatnya. Ia berasal dari keluarga bangsawan, kaya dan mempunyai sepuluh orang putra. Pada zaman pra-Islam (Jahiliyah), orang yang memiliki ketiga unsur (kelebihan) itu berhak memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
Persaingan tersebut berlangsung tidak saja terjadi antara mereka berdua tetapi terus berlanjut hingga kepada anak keturunan mereka (Bani Umayyah dengan Bani Hasyim). Bahkan permusuhan itu bertambah kuat manakala agama Islam datang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW mereka secara terang-terangan menentang, mengganggu dan menghalang-halangi usaha dakwah Rasulullah SAW. Sementara Bani Hasyim menjadi penyokong, pembela dan pendukung Rasulullah.
Bani Umayyah baru masuk agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad dan beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulannya dan pimpinannya, menyerbu memasuki kota Mekkah.
Ambisi Bani Umayyah menjadi penguasa dimulai sejak masa jahiliyah. Mereka tidak senang terhadap keluarga Bani Hasyim. Setelah Islam muncul dan berkembang di Arab serta keturunan Bani Umayyah banyak yang masuk Islam, maka keinginan mereka itu muncul kembali tetapi masih dalam bentuk cita-cita dan harapan. Oleh karena kesempatan itu pada masa Rasulullah SAW dan Khulafa al-Rasyidin belum datang dan harapan itu mulai muncul ketika Muawiyah bin Abi Sufyan diangkat sebagai gubernur dan penguasa tunggal di Syam.
Seperti telah disinggung bahwa perintisan pendirian dinasti Umayyah dilakukan oleh Muawiyah dengan cara menolak membai’at Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara politik sangat menguntungkan Muawiyah. Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh Ali ra.
Yang memberi nama dinasti Bani Umayyah adalah Muawiyah sendiri. Dinasti Bani Umayyah adalah adi kuasa dalam Islam.
Kenapa dinamakan dengan dinasti Bani Umayyah oleh Muawiyah ? jawabannya adalah karena :
1.    Ashabiyah/perasaan kesukuan
2.    Mistik (simbol yang laku dijual)
3.    Reorientasi (mengganti kembali kekuasaan)
Jabatan khalifah setelah Ali ra. wafat dipegang oleh putranya Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Akan tetapi tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan bin Ali. Isi perjanjian itu adalah pergantian kepemimpinan akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian ini dibuat pada tahun 661 M (41 H) dan tahun tersebut disebut Aam Jamaah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam menjadi satu kepempinan politik, yaitu Muawiyah dan Muawiyah mengubah sistem khalifah menjadi kerajaan.
Uraian yang hampir sama dan menguatkan uraian sebelumnya dikemukakan oleh Ahmad Al-Usairy; Pemerintahan (Bani Umayyah) ini berdiri setelah Khilafah Rasyidah ditandai dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib pada tahun 41 H/661 M. pemerintahan mereka dihitung sejak Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah bin Abi Sufyan pada tanggal 25 Rabi’ul Awwal 41 H/661 M.
Pemerintahan Bani Umayyah ini berlangsung selama 91 tahun.  Pemerintahan dikuasai oleh dua keluargadan diperintah oleh 14 Khalifah dengan Damaskus sebagai ibukotanya. Pemerintahan ini berakhir dengan kekalahan Marwan bin Muhammad di perang Zab pada bulan Jumadil ‘Ula tahun 132 H/749 M.
Adapun para khalifah Bani Umayyah adalah sebagai berikut :
Dari keluarga Abi Sufyan :
1.    Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-679 M)
2.    Yazid bin Muawiyah (60-64 H/679-683 M)
3.    Muawiyah bin Yazid (64 H/683 M, hanya 40 hari saja)
Dari keluarga Bani Marwan
1.    Marwan bin Hakam (64-65 H/683-684)
2.    Abdul Malik bin Marwan bin Hakam (65-86 H/684-705 M)
3.    Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-714 M)
4.    Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/714-717 M
5.    Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-719 M)
6.    Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/719-723 M)
7.    Hisyam bin Abdul Malik (102-125 H/723-742 M)
8.    Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126 H/742-743 M)
9.    Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126 H/743 M)
10.    Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik (126-127 H/743-744 M)
11.    Marwan bin Muhammad bin Marwan (127-132 H/744-
749 M)
Silsilah Khalifah Bani Umayyah
    UMAYYAH


    HARB    ABUL ASH


    ABU SUFYAN    AFFAN    AL-AHKAM


    1. MUAWIYAH    UTSMAN    4. MARWAN


    2. YAZID    ABDUL AZIZ        MUHAMMAD


    3. MUAWIYAH II    8. UMAR    5. ABDUL MALIK    14. MARWAN II


    6. AL-WALID    7. SULAIMAN    9. YAZID II    10. HISYAM


    12. YAZID 2    13. IBRAHIM    11. AL-WALID II
   
D.    Kemajuan yang Dicapai Dinasti Umayyah
Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu, bahwa kekuasaan Bani Umayyah kurang lebih berumur 90 atau 91 tahun. Ibukota negara dipindahkan dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah adalah Muawiyah buin Abi Sufyan (661-679 M), Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-714 M), Umar bin Abdul Aziz (717-719 M), dan Hisya, bin Abdul Malik (723-742 M)
1.    Perluasan wilayah
Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti ini, yaitu melakukan ekspansi yang senpat terhenti pada masa khalifah Utsman dan khalifah Ali bin Abi Thalib. Di zaman Muawiyah berhasil melakukan ekspansi ke wilayah Timur, menaklukkan Tunisia, daerah Khurasan, daerah Afganistan, Byizantium dan Konstantinopel. Diteruskan oleh Abdul Malik, dapat menundukkan Baikha, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Selain itu, tentaranya sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistabnd Sind, Punjab sampai ke Maltan.
Sementara itu ekspasni ke Wilayah Barat dilakukan pada zaman Walid bin Abdul Malik. Ekspedisi militernya dari Afrika Utara menuju Barat Daya, benua Eropa tahun 711 M. Selanjutnya menundukkan Al-Jazair dan Marokko, Spanyol Ibukota Codova, Seville, Elvire dan Toledo.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerahbaik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan pada masa bani Umayyah ini betul-betul sangat luas.
2.    Kemajuan peradaban
Di samping keberhasilan ekspansi-ekspansi Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa di berbagai bidang. Baik berupa fisik maupun nonfisik. Pembangunan berupa fisik ini dapat dilihat pada seni bangunan yang terpancarkan pada bangunan sipil yang terpusat di kota-kota, bangunan mesjid-mesjid, perbaikan kota lam yang diiringi dengan pembangunan berbagai gedung yang bercorak Persia, Romawidan Arab tentunya bernapaskan Islam.
Sedangkan pembangunan berupa nonfisik, pemerintahan Bani Umayyah telah berhasil mengadakan Administrasi Negara, perkembangan ilmu agama/umum, perdagangan dan ekonomi.
E.    Kehancuran pemerintahan Bani Umayyah
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak menaati isi perjanjiannya Dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan setelah Muawiyah akan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Pengangkatan anaknya Yazid sebagai Putra Mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Sepeninggal Hisyam bin Abdul Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemha dalam memerintah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Tahun 750 H, Bani Umayyah berhasil digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani yang sebelumnya yang sebelumnya telah terjadi pertempuran antara pasukan Abbasiyah dengan pasukan Marwan bin Muhammad di Sungai Zab (antara Mosul dengan Arbi). Marwan dan pasukannya kalah dalam peperangan tersebut dan lari ke berbagai penjuru hingga akhirnya ditangkap dan dibunuh oleh pasukan Bani Abbasiyah di Mesir. Dengan kematian Marwan bin Muhammad, maka hancurlah pemerintahan Bani Umayyah.
Beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah, selain daripada kejatuhan langsung akibat serangan Bani Abbasiyah yang membawanya kepada kehancuran sebagai berikut:
1.    Sistem penggantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, ketidakjelasan sistem penggantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan keluarga istana.
2.    Latar belakng terbentuknya Dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan gerakan-gerakan ini menyedot kekuatan pemerintah.
3.    Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam makin meruncing. Perselisihan ini menyebabkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama di Iraq dan wilayah bagian Timur lainnya merasa tidak pas karena status Mawali itu menggambarkan suatu infeoritas ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang dperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4.    Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5.    Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Bani Umayyah adanya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Gerakan ini dapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah dan kaum Mawali yang merasa dikelas-duakanoleh pemerintahan Bani Umayyah.

F.    Kesimpulan
Dari uraian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Bani Umayyah berasal dari nama Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf, salah satu pemimpin kabilah Quraisy di zaman jahiliyah yang tergolong terakhir masuk Islam.
2.    Pemerintahan Bani Umayyah berpusat di Damaskus selama kurang lebih 90 tahun (41-132 H/661-750 M) yang dipimpin oleh 14 orang Khalifah dengan Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai Khalifah pertamanya dan Marwan II bin Muhammad, Khalifah terakhir. Kekhalifahan ini merupakan kelanjutan dari pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
3.    Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Bani Umayyah ini adalah keberhasilan melakukan ekspansi wilayah Islam, baik kawasan Timur maupun Barat. Selain itu, terwujudnya kemajuan peradaban Islam, baik yang bersifat fisik, seperti arsitektur bangunan, organisasi militer, dan kerajinan, maupun yang sifatnya non fisik, seperti arsitektur bangunan, organisasi militer, dan kerajinan, maupun yang sifatnya nonfisik dalam bidang administrasi negara, perdagangan, ekonomi dan ilmu agama/umum.
4.    Tahun 750 M, Bani Umayyah dijatuhkan oleh kekuatan baru, yaitu Bani Abbasiyah. Hal itu terjadi disebabkan melemahnya pemerintahan, juga sikap hidup berlebihan dan moral yang rusak di kalangan istana.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Usairy, At-Tarikh Al-Islami, Terjemahan oleh H. Sulaiman Rahman, (Jakrarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004)
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Terjemahan oleh Prof. Dr. Mukhyar Yahya, (Jakarta: Al-Husna Zikra, t.th)
Badri Yatim Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Quraisy, 2004)
M.A. Shaban, Islamic History, terjemahan oleh Machnum Husien, penafsiran baru 600-750, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, t.th.)
Ridwan, Paradigma Politik NU; Relasi Sunni-Nu dalam Pemikiran Politik, (Yogyakarta : STAIN Purwokerto Press dengan Pustaka Pelajar, 2004)
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah II, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)