17 Desember 2011

METODE PEMBELAJARAN

METODE PEMBELAJARAN

A.    Konsep Metode Mengajar
1.    Prof. Mohd. Abd. Rahim Gunaimah, mendefinisikan metode mengajar adalah sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran.
2.    Edgar Bruce Wesley, mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan adalah sebagai rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau proses yang pelaksanakannya yang sempurna yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau jalan yang dengannya mengajar itu menjadi berkesan.
Dari beberapa definisi ini, dapat disimpulkan mengenai definisi metode mengajar secara general. Metode mengajar adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
B.    Model Pembelajaran
1.    Pembelajaran Istima’
Istima’ adalah proses menerima sekumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam kosakata, atau kalimat yang memiliki makna terkait dengan kata sebelumnya, dalam sebuah topik tertentu. Istima’ meskipun di kalangan tertentu hanya dipahami sebatas “dengar” (hearing). Akan lebih tepat, kalau istima’ lebih diarahkan pada “menyimak” (auding) dengan tidak lepas konteks. Keterampilan mendengar terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1.    Mendengar bunyi-bunyi kata tanpa membekas dalam pikiran
2.    Mendengar setengah-setengah
3.    Mendengar dengan mulai merangkai ide
4.    Menyimak untuk menentukan ide pokok dan ide-ide pendukungnya
5.    Menyimak untuk disikapi atau dikritisi
6.    Menyimak dalam perasaan (tadzawwuq)
2.    Pembelajaran Kalam’
Kalam merupakan keterampilan dasar yang menjadi bagian penting dalam Pembelajaran bahasa kedua. Keterampilan ini tergolong sebagai maharat istintajiyyah (productive skill). Sebab ia menuntut adanya peran aktif peserta didik agar dapat berkomunikasi secara lisan (syafahiyyah) dengan pihak atau komunitas yang lain. Aspek keterampilan ini seakan paling dominan diantara keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain setelah istima’.
Beberapa prinsip dasar dalam pembelajaran kalam sesuai tingkatan pembelajar, yaitu :
1.    Tingkat dasar (mubtadi’)
Guru dapat melempar pertanyaan yang kemudian wajib dijawab oleh para siswa. Disela-sela jawaban itu, para peserta didik dapat belajar bagaimana mengucapkan kata-kata, menyusun kalimat dan menyampaikan pikiran dengan baik.
2.    Tingkat menengah (mutawashshith)
Pada tingkat ini, guru dapat mengembangkan pengkondisian belajar. Misalnya dengan menggunakan tehnik bermain peran (la’b-l-dawr), bercerita tentang kejadian yang dialami siswa, mengungkapkan kembali apa yang telah mereka dengar di radio atau apa yang telah mereka lihat di televisi, vcd dan lain-lain.
3.    Tingkat lanjut (mutaqaddim)
Pada tahap ini, guru dapat meminta peserta didik untuk menceritakan hal-hal yang paling disukai atau dibenci berikut alasannya.
Keterampilan berbicara dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Asing, karena berbicara merupakan suatu yang aplikatif dalam bahasa dan merupakan tujuan awal seseorang yang belajar suatu bahasa.
3.    Pembelajaran Qira’ah’
Membaca (qira’ah) merupakan keterampilan menangkap makna dalam simbol-simbol bunyi tertulis yang terorganisir menurut sistem tertentu. Alat indera penglihatan (mata) sangat memiliki peran penting dalam proses tesebut. Namun qira’ah (membaca) bukanlah sekedar proses kerja dari indra mata. Tetapi ia juga merupakan aktivitas aqliyah, meliputi : pola berpikir, menganalisis, menilai, problem-solving dan sebagainya.
Dalam Pembelajaran ketrampilan ini, kita melihat langkah Pembelajarannya sangat bergantung pada perbedaan metode penggunaan bahasa asing yang berkembang. Seperti metode Al-Qawaid wa al-Tarjamah tidak ada persoalan yang berarti menyangkut cara penyajiannya.
Berikut beberapa prinsip dan langkah-langkah dalam pembelajaran qira’ah, diantaranya :
a.    Cara Juz’iyyah
Metode ini berangkat dari huruf perhuruf, kata, baru kemudian penulisan dalam bentuk kalimat.
b.    Cara Kulliyyah
Metode ini bermula pada penguasaan simbol kalimat dalam bacaan, lalu dilakukan pemusatan pembahasan dan analisis kata perkata yang terdapat huruf baru. Huruf baru yang ada dapat dipercontohkan penulisannya secara berulang-ulang.
4.    Pembelajaran Kitabah’
Kitabah (menulis) merupakan keterampilan berbahasa yang rumit, karenanya keterampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yang menekankan pada bunyi (marhalah shawtiyyah). Marhalah tersebut lebih terfokus pada aspek menyimak dan bicara. Kitabah sering difahami hanya sebatas mengkopi (naskh) dan mengeja (tahajju’ah), namun kitabah sebenarnya juga mencakup beragam proses kognitif untuk mengungkap apa yang diinginkan seseorang. Dengan demikian keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf.
Menulis merupakan salah satu keterampilan penting dalam pembelajaran bahasa Arab. Jika “berbicara” merupakan sarana untuk berkomunikasi aktif dengan orang lain sehingga ia dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dan “membaca” merupakan alat yang digunakan orang untuk mengetahui sesuatu yang terjadi pada masa-masa sebelumnya, maka “menulis” merupakan suatu aktifitas untuk mengaktualisasikan kemampuan dirinya dan spesialisasi keilmuannya kepada publik.
Ada empat hal pokok dalam pelaksanaan pembelajaran menulis:
1.    Menulis huruf Arab
2.    Menulis kata-kata dengan huruf-huruf yang benar
3.    Menyusun susunan kalimat berbahasa Arab yang dapat dipahami
4.    Menggunakan susunan kalimat dalam bahasa Arab tersebut dalam beberapa alinea sehingga mampu mengungkapkan inti pesan dari penulis.