Hasil pengamatan Edwin Hubble (1929) Astronom AS, bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauh dengan kecepatan yang tinggi dan jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat। Penemuan ini menunjukkan Alam Semesta tidaklah statis, melainkan mengembang. Hal ini menunjukkan bahwa Alam Semesta bermula dari suatu ledakan sangat besar (Big Bang/Dentuman Besar) suatu saat di masa lampau [1]. Meskipun eksperimen pendukung banyak disajikan, terdapat juga sanggahan yang menyatakan kelemahan teori ini. Tulisan ini akan memuat sedikit rincian eksperimen pendukung teori ini serta bagaimana kelanjutannya ke depan.
Berdasarkan asal katanya, “Big Bang” berarti Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar, dalam Ilmu Kosmologi Big Bang dinyatakan sebagai salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta। Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari ledakan mahadahsyat yang terjadi sekitar 13,7 Milyar tahun lalu[1]. Ledakan ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta, yang kemudian membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor, energi, dan partikel lainnya di alam semesta ini.
Penemuan tersebut menyatakan bahwa jagat raya berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume nol dan berkerapatan tak terhingga yang terjadi sekitar 14 miliar tahun lalu। Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi[2].
Adanya 2 proyek besar pemetaan galaksi saat ini, telah mendukung bagi teori Big Bang। Hasil berbentuk peta tiga dimensi sekitar 266.000 galaksi, dan perbandingannya dengan data dari Cosmic Background Radiation (Radiasi Latar Alam Semesta), telah membuat penemuan penting berkenaan dengan asal usul galaksi-galaksi. Disimpulkan bahwa galaksi-galaksi terbentuk dari materi sekitar 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang [3].
Di tahun 1960-an, para ilmuwan perumus teori ini menyatakan, jika alam semesta berasal dari ledakan besar, seharusnya terdapat sisa radiasi ledakan yang melingkupi seluruh alam semesta dalam bentuk panas[8]। Tahun 1965 radiasi ini pertama kali ditemukan dan diakui sebagai bukti mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan, dan diteliti secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic Background Explorer) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-an ini dengan hasil sangat menakjubkan. Radiasi ini juga teramati di antara galaksi-galaksi, dalam bentuk gelombang-gelombang kecil oleh 2 kelompok ilmuwan (kelompok Dr. Colless dan kelompok Dr. Eisenstein)[7]. Dengan demikian telah dibuktikan secara pasti bahwa cikal bakal galaksi terbentuk di tempat-tempat di mana materi yang muncul 350.000 tahun menyusul peristiwa Big Bang saling berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar.
Selain berdasarkan fakta ilmiah, sebenarnya dari sisi religi (keagamaan) pernyataan teori big bang ini termuat dalam kitab-kitab suci seperti Taurat, Injil dan Al Qur’an। Pembentukan alam semesta dari “ketiadaan” diberitakan di dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 101: “Dia Pencipta langit dan bumi”. Mengembangnya alam semesta, dinyatakan pula dalam: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS. Adz Dzaariyaat : 47)[4].
Selain itu dinyatakan bahwa Alam semesta bermula dari suatu yang padu seperti ayat: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya?” (QS. Al Anbiyaa : 30). Dengan kata lain antara Sains dan Ketuhananan pada dasarnya tidaklah bertentangan.
Meskipun Big Bang telah didukung dengan banyak bukti, muncul pertanyaan bagaimana akhir dari alam semesta[6]। Menurut Friedmann ada tiga kemungkinan (model) yang akan terjadi pada alam semesta di masa mendatang: (1) alam semesta bersifat tertutup (closed universe). Untuk model ini alam semesta akan berhenti berkembang pada suatu masa dan gaya gravitasi akan kembali menyatukan semua galaksi menuju ke satu titik (Big Crunch), (2) Jika gaya gravitasi terlalu lemah untuk mengatasi proses pengembangan alam semesta, alam semesta akan terus menerus berkembang dengan cepat dan selamanya, (3) jika proses pengembangan alam semesta tidak terlalu cepat namun hanya cukup untuk mengeliminasi gaya gravitasi, alam semesta berkembang menuju ukuran tertentu dan kecepatan pengembangannya berkurang sedikit demi sedikit menuju nol, akhirnya alam semesta bersifat datar[5].
Sampai saat ini untuk pembahasan masalah Alam Semesta (terkait dengan Big Bang) ke depan masih dalam perdebatan, bukti-bukti teoretis dan eksperimen belum mengarah pada kesimpulan yang bulat.