18 Desember 2011

Integrasi Ilmu Mutlak Diperlukan


Umat Islam dalam hampir empat abad terakhir, terus tertinggal dalam bidang pendidikan. Berbagai upaya dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan Islam, sehingga diharapkan kelak mampu berkompetisi di tengah dunia yang kian maju dan mengglobal. Dalam seminar Tajdid Islam yang digelar kerjasama Center for Moderate Moslem (CMM) Jakarta, dan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (YADIM), di Sepang, Malaysia, beberapa waktu lalu, perlunya rekonstruksi pemikiran dalam bidang pendidikan Islam juga diungkap. Para pakar sepakat, bahwa pendidikan Islam harus dikembalikan kepada ruh dan jati dirinya yang benar. Seperti apa dan bagaimana rekonstruksi itu perlu dilakukan, berikut perbincangan At-Tanwir dengan intelektual yang juga Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Azyumardi Azra, di sela-sela seminar. Petikannya:
Bagaimana Anda melihat pendidikan Islam saat ini?
Belum memberi gambaran yang memuaskan. Pada banyak aspek, masih menunjukkan ketertinggalan. Saya kira memang butuh waktu panjang untuk bangkit kembali menemukan jati dirinya dan kejayaannya. Di beberapa belahan dunia Islam, kita prihatin proses pendidikan Islam diselenggarakan secara tidak profesional dan secara apa adanya. Harus diakui, banyak faktor, seperti kualitas pendidikan, minimnya dana, dan tak memadainya infra struktur. Di kita saja kan masih banyak kondisi seperti itu. Tapi saya kira masih banyak harapan untuk membangun kemajuan pendidikan Islam.
Anda sebut jati diri atau ruh pendidikan Islam. Bisa dijelaskan?
Ya, harus diakui, umat Islam ini kan masih banyak yang berpikiran atau berpaham bahwa ibadah itu satu hal, pendidikan hal lain. Umat Islam memisahkan ilmu umum dan ilmu Islam. Jadinya ilmu tidak terintegrasi secara baik. Malah ada yang beranggapan, yang penting belajar ilmu agama, ilmu umum itu tak penting karena identik dengan ilmu sekuler. Padahal kalau kita menilik sejarah, justru kemajuan Islam di masa lalu karena mereka mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu umum dalam satu paket pembelajaran. Kita mengenal Ibnu Sina yang pakar ilmu agama, tapi juga ahli kedokteran. Bahkan karyanya, The Canon, menjadi rujukan kedokteran modern hingga kini. Masih banyak lagi semacam Ibnu Sina. Ilmu agama dan umum sama wajibnya. Jadi ruh integrasi itu harus dikembalikan.
Upaya menuju integrasi itu sekarang sejauhmana dilakukan umat Islam?
Kalau saat ini, sudah mulai banyak yang melakukan. Di madrasah, ada semacam MAPK (Madrasah Aliyah Program Khusus), di IAIN kini mulai dirubah statusnya menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Perubahan itu mengharuskan ada mata kuliah umum sebagaimana terdapat di perguruan tinggi umum lainnya. Kalau IAIN kan hanya ilmu agama, sementara UIN perpaduan ilmu umum dan ilmu agama. Beberapa pesantren juga telah melakukan hal tersebut. Saya kira, upaya-upaya semacam ini akan terus dilakukan.
Harapan Anda bagi dunia pendidikan Islam di masa mendatang?
Harus terus ditingkatkan lagi, baik kualitas SDM-nya, infrastrukturnya, dananya, dan sistem yang terpadu. Semua saling terkait. Selain itu, pendidikan harus menjadi perhatian utama masyarakat dan pemerintah, sehingga kita dapat mengejar ketertinggalan dengan tetangga kita seperti Malaysia, yang dulu berguru kepada kita.